Sabtu, 16 Mei 2015

Optical zoom + digital zoom 7.2x bagus

Banyak Kamera Fujifilm, selain memiliki optical zoom, juga digital zoom hingga 7.2x. Misalnya kamera saku Fujifilm T400/T410, seharga Rp 1 Juta yang memiliki optical zoom 10x dan digital zoom 7.2x. Pertanyaan yang sering timbul adalah apakah digital zoom itu bagus/baik, jawabannya yaa jika tidak menggunakan Full Resulotion. Hal ini dapat dibaca pada Wikipedia https://en.wikipedia.org/wiki/Digital_zoom Maksud dari tidak menggunakan Full Resolution adalah menggunakan resolusi yang lebih rendah, misalnya Full Resolutionnya adalah 16MP, maka untuk 3MP pemakaian digital zoom hingga 2.25x gambarnya masih bagus, sedangkan untuk VGA pemakaian digital zoom hingga 7.2x gambarnya masih baik, karena pada pengambilan gambar dengan digital zoom pada resolusi yang lebih kecil, kamera mengambil gambar yang di tengah-tengah saja, makanya gambarnya akan tetap sama dengan optical zoom.

Penjelasan foto: 2MP dari maksimal 16MP, optical zoom 10x dan digital zoom 7,2x (total 72x), ISO200, 1/500, F14.0, jam 9 pagi, dari jarak -/+ 60meter tanpa tripod memotret susunan glass block berukuran 160x60cm, masih jelas terlihat, bahkan retakan vertikal pada tembok (pinggir sebelah kanan) juga jelas terlihat, dengan sedikit sekali noise. Hanya membidiknya agak sulit, karena tanpa tripod, memotret 3 sampai 4x akan didapatkan satu hasil yang diinginkan, bukan karena gambarnya kabur, tetapi kebanyakan out of frame atau hanya terlihat sebagian. Foto di atas sama sekali tanpa cropping.

Untuk penayangan pada komputer, gambar VGA sudah memadai dan lebih disukai oleh users, karena tidak memberatkan web/download. Sayang Fujifilm T400 dan T410 tidak memiliki fasilitas pengambilan foto untuk VGA, tetapi dapat mengambil gambar video VGA. Resolusi terendah untuk berfoto adalah 2MP atau bisa menggunakan digital zoom tanpa mengurang kualitas gambar hingga 2.75x. Kamera Fujifilm T410 memiliki fasilitas Cropping dan Resize, pada playback dan ini sangat berguna mengingat resolusi terendah kamera tersebut adalah 2MP. Beberapa kamera tertentu memiliki fasilitas pengambilan gambar selain VGA, juga 1MP dan 1.3MP. Pada 1MP, maka menggunakan digital zoom tanpa mengurang kualitas gambar dapat dilakukan hingga 3.9x dan pada 1.3MP dengan menggunakan digital zoom tanpa mengurangi kualitas gambar dapat dilakukan hingga 3.4x. Selain Fujifilm, maka kamera-kamera merek lain biasanya hanya memiliki fasilitas digital zoom hingga 5x, 4x atau bahkan hanya 2x. Dengan 1MP, maka telah dapat dihasilkan gambar yang memadai untuk foto berukuran SuperPostcard 4R, sedangkan dengan 2MP, maka bisa didapatkan foto berukuran 5R dengan gambar yang bagus.

 Penjelasan foto: Full resolution 16MP resize to VGA untuk diupload. Tanpa tripod dan tanpa zoom, ISO200, 1/110, F8.4, jam 5 sore. Tampak di tengah foto terdapat matahari sore, gambar menjadi kurang baik (gelap), karena back-lighting. Disebelah kanan gedung yang tinggi terdapat dua gedung yang kecil dimana yang paling kanan lebih tinggi sedikit dari yang di tengah, karena terdapat papan nama gedung di atasnya, jaraknya sekitar 500 meter dari pemotret. Gedung yang paling kanan itulah yang akan dizoom.

 Penjelasan foto: Full resolution 16MP resize to VGA untuk diupload. Tanpa tripod dengan optical zoom 10x, ISO200, 1/110, F5.6, jam 5 sore. Tulisan pada papan nama gedung sudah mulai terlihat, walaupun samar-samar. karena masih cukup jauh.

Penjelasan foto: Full resolution 16MP resize to VGA untuk diupload. Tanpa tripod dengan optical zoom 10x dan digital zoom 7.2x atau total zoom 72x, ISO200, 1/160, F5.6, jam 5 sore. Tulisan pada papan nama gedung (detail) jelas terlihat, walaupun terdapat noise.

Fujifilm T400 digaransi resmi oleh Fujifilm Indonesia (sudah bukan oleh PT Modern lagi) di Gedung Koei Sudirman (sebelah Toyota), sedangkan Fujifilm T410 digaransi oleh distributor di Harco Mas Mangga Dua dan dikatakan Black Market oleh Fujifilm Indonesia. Sampai saat ini Fujifilm Indonesia tidak memiliki showroom atau tempat penjualan seperti Fujifilm Matraman dahulu. Jika ingin kamera yang lebih besar atau kamera prosumer, maka perlu dipertimbangkan kamera prosumer yang mirip kamera DSLR, tetapi lensanya tak dapat dilepas, misalnya Fujifilm S4200, S4300, S4400 dan S4500 yang masing-masing memliki jendela bidik Electronic View Finder (EVF) dengan Optical Zoom 24x, 26x, 28x dan 30x, tetapi digital zoomnya hanya 6.7x. Seperti halnya Fujifilm T400, maka kedua kamera tersebut saat ini sudah sulit dijumpai di pasaran. Yang masih bisa dijumpai di pasaran saat ini adalah Fujifilm S4600 dan S4800 yang keduanya justru tidak memiliki EVF. Saat ini sedang ada pameran di Mal Mangga Dua Ground Floor, hingga tanggal 24 Mei 2015 dan Fujifilm S4800 dijual seharga Rp 1.549.000. Bukan berati yang nomornya lebih tinggi itu lebih baik, misalnya Fujifilm T550 yang lebih baru memiliki optical zoom 12x, tetapi digital zoomnya hanya 2x dan harganya juga lebih murah dari Fujifilm T400. Sekarang ini Fujifilm sudah tidak meneruskan pembuatan Seri T lagi dan beralih ke Seri A dan J yang umumnya kualitasnya lebih rendah daripada Seri T.

Baterainya menggunakan Fujifilm NP45A 720mAH yang menurut saya terlalu kecil, apalagi jika sering merubah menu. Pada saat dicharge saya agak kaget, karena layarnya nyala terus dengan gambar diam baterai berpetir, sehingga saya berpikir, apa tidak terbakar layarnya kelak, rupanya ini untuk safety di AS. menurut bukunya layar akan padam kalau baterai sudah penuh dan kalau mau lebih penuh diamkan satu jam lagi baru dicabut.

Fujifilm T410 jelas untuk pasar Amerika Serikat, sehingga pada dosnyapun tertera Bonus at Walmart. Untungnya chargernya mengakomodasi 100-240V, karena di AS dan Jepang masih pakai 110V. Persoalan akan timbul jika chargernya rusak, karena USB Port pada kamera ukurannya beda sendiri, bukan micro USB seperti yang dipakai oleh Black Berry. Buku Basic Manualnya sangat sedikit memberikan informasi. CD ROM yang disertakan mencakup 32 bahasa termasuk Indonesia, ternyata ini hanya akses terhadap Web Fujifilm. Saya mencari di manual lib com dan ternyata isinya juga tidak bercerita banyak, sedangkan User Manual Casio Exilim EX-H50 bercerita sangat lengkap. Jadinya harus mencoba-coba sendiri, untungnya tidak terlalu sulit. Yang perlu diperhatikan bahwa kamera ini dapat diatur ISOnya pada Program AE dan untuk Panorama harus menggunakan modus Standard dan Wide (1x). Sayang untuk Panorama ini caranya masih kuno, yaitu dengan membidik 3x atau 2x dan bukan Sweep Panorama.

Karena menggunakan CCD sensor, maka jangan terlalu berharap banyak pada low light situation. Untuk hasil terbaik gunakan selalu flash yang dapat menjangkau dengan baik sampai jarak sekitar 3 meter. Dengan menggunakan flash, gunakan ISO 100 saja, karena dengan menggunakan ISO 800 sekalipun, hasilnya hampir sama. Shutter lag kamera ini termasuk lambat hampir 1 detik bahkan mungkin lebih pada saat gelap, tetapi focusnya tepat dan dual image stabilizationnya (high sensitivity ISO dan CCD shift image stabilization) cukup baik setidak-tidaknya untuk Optical Zoom 10x dan sampai batas maksimal digital zoom yang masih dikategorikan baik. Dengan menggunakan 1 cahaya lilin, ISO 800 dan tanpa blitz, maka bagian yang tercahayai lilin cukup jelas terlihat, tetapi bagian yang kurang tercahayai cahaya lilin boleh dikatakan gelap. Pada resolusi terendah 2MP, maka Digital Zoom hingga 2.75x (total 28x, karena kamera tersebut digital zoomnya selalu genap) menghasilkan foto yang bagus sesuai prediksi. Jika dicoba hingga 4x digital zoom, maka fotonya masih cukup baik, tetapi untuk membidiknya sudah mulai sulit. Pada digital zoom maksimal 7.2x, maka tanpa tripod diperlukan kerja keras untuk mendapatkan hasil foto yang baik, jika perlu gunakan ISO 800 untuk membekukan gambar, terutama pada sore hari.

Karena kamera Fujifilm T410 ini termasuk kecil ukurannya, seukuran BlackBerry, tetapi lebih tebal tentunya, maka lampu blitz sering tertutup jari dan pada saat ingin membuka tutup baterai/kartu SD Card yang terletak di bagian bawah kamera, maka tombol on/off kamera yang terletak di bagian atas kamera sering ikut terpencet. Tutup tersebut termasuk sulit dibuka, tetapi saya sudah mendapatkan caranya, yaitu di bagian sebelah kanan stiker yang tak berstiker masukkan saja kuku pada celah tutup dan geser untuk membuka tutupnya. Untuk mencegah agar dat tidak rusak, maka masukkan terlebih dahulu SD Cardnya baru baterainya dan jika ingin mengeluarkannya, kendorkan dulu baterainya dengan menggeser tuas kuning, baru mengeluarakan sd Cardnya. Layar LCDnya cukup terang dan jelas, serta pergantian antara satu menu dengan yang lainnya termasuk cepat. Kelemahan yang utama yaitu lambatnya shutter, seperti telah disebutkan di atas, karenanya tidak cocok untuk kamera sport/action. Tetapi untuk street photography di siang hari dan candid camera, maka kamera Fujifilm T410 dapat berfungsi dengan baik. Dengan 40x zoom, maka bisa didapatkan gambar full body dari jarak kurang lebih 30 meter dan yang dibidik biasanya tidak menyadarinya, karena kameranya kecil saja.

Sayang videonya, walaupun gambarnya bagus, fasilitas zoomnya hanya 2x digital zoom untuk QVGA (320x240) dan VGA (640x480) serta pada HD hanya 3x digital zoom, dimana dapat dilakukan zooming while filming dan tanpa suara cetek-cetek mencet zoom yang berarti dan suaranya tetap ada. Sedangkan pada mode optical zoom, masing-masing didapatkan 10x, tetapi tanpa suara pada saat melakukan zoom (suara tiba-tiba menghilang). Jadi zoomnya bukan gabungan, zoom sampai 72x hanya untuk pengambilan foto saja. HD ditulis 1280 yang agak menyesatkan, karena HD biasanya ditulis 720p (1280x720), sedangkan Full HD ditulis 1080p (1920x1080). Bagi yang ingin mengutamakan video saya anjurkan membeli handycam Full HD dengan digital zoom 8x saja dengan harga sekitar Rp 500.000, juga bisa mengambil foto hingga 5MP dan sudah cukup untuk dicetak sampai dengan ukuran 8R (8"x10"). Hanya saja pada ujung-ujung foto, gambarnya biasanya agak melengkung (distorsi), karena handycam lebih mengutamakan videonya, sedangkan Fujifilm T410 ini boleh dikatakan gambarnya tanpa distorsi. Movie filenya berekstension .AVI buatan Microsoft. Ini adalah file tanpa kompresi, tetapi harus dilihat melalui Windows. Cara paling murah untuk melihatnya pada TV LED adalah dengan merubahnya ke file non-AVI dan menggunakan Flashdisk, karena tidak semua TV LED mendukung AVI. Untung CD PC Mild 21/2008, punya file Free Zune Video Converter 1.0 sebesar 2.56MB (ZIP), sayangnya pilihan terbatas hanya mengconvert AVI ke WMV versi 2.0, MP4 (MPEG-4 dan H.264) dan MP3 audio. Karena file-file video ini adalah file kompresi, maka gambarnya tak akan sebagus AVI, sebagus apapun TVnya. Hasil terbaik dikonversi ke MP4 (MPEG-4).

Untuk foto indoor gunakan selalu flash dan ISO 100 atau 200 dan seboleh dapat tidak menggunakan zoom. Untuk foto di luar ruangan sampai optical zoom 10x, gunakan ISO 100. Untuk zoom 28x dan 40x gunakan ISO 400 atau 800, bahkan kalau perlu gunakan ISO 3200, agar didapatkan speed yang cepat dan gambar tidak goyang, walaupun tentu akan banyak noisenya. Pada saat fajar sebelum matahari terbit dan sore hari gunakan ISO 800. Kamera ini dari beberapa percobaan hampir selalu menggunakan f/3.4 dan f/5.6, sehingga backgroundnya selalu agak blur/bokeh (tergantung jarak focus). Pada mode Auto, kalau agak gelap ISOnya selalu lari ke 800.

Bagi mereka yang ingin membeli kamera, dan uangnya sedikit lebih longgar, maka kamera berjendela bidik akan sangat membantu dalam menstabilkan kamera dan juga mempermudah menemukan bidikan terutama pada saat menggunakan zoom. Tetapi sayangnya hampir semua kamera saku tak memiliki jendela bidik, kecuali yang berharga Rp 4 Jutaan. Kelemahan lain kamera saku adalah hampir semuanya tidak memiliki hotshoe untuk external flash.

Ternyata kamera Fujifilm T410 ini dapat juga HANG. Pada pemakaian menu yang intensif, kurang lebih 5 menit tanpa henti, maka kamera hang, baterai dicopot dan ternyata baterai panas. Pada baterai tertera suhu maksimum 60 derajat Celsius, tetapi menurut saya suhunya belum mencapai 60 derajat Celsius ketika hang, karena saya masih bisa memegangnya dengan santai. Didiamkan 3 menit dan masih hangat saya masukkan kembali baterai pada kamera dan ternyata kamera berjalan normal kembali. Pada buku Basic Manual untuk T400, T410, T350 dan T360 tercantum kamera akan panas pada penggunaan movie dan dianggap normal. Jadi sebenarnya Fujifilm mungkin sudah tahu bahwa kamera bisa hang, tetapi tidak disebutkannya. Baterai menjadi panas, karena pemakaian yang intensif tanpa jeda dan baterai kurang besar kapasitasnya, selain itu body kamera yang tampaknya seperti metal, ternyata adalah plastik. Oleh karena itu sebaiknya jempol kita seboleh dapat tidak menutupi tutup tempat baterai tersebut. Seri T ini disebut oleh Fujifilm sebagai 'stylish camera' yang tipis dan keren, tetapi bukan tanpa kelemahan. Jelas kamera ini bukan untuk diperkosa atau penggunaan berat dan karena kapasitas baterainya yang kecil, maka sebaiknya menyiapkan satu atau dua baterai cadangan. Menurut klaim Fujifilm satu baterai terisi penuh dapat memotret 160 foto. Hanya sayangnya baterai harus dicharge di dalam kamera. Pada focusnusantara com harga baterai Fujifilm NP45A adalah Rp 350.000, sedangkan di Amazon harganya $13 dan yang OEM $10, sedangkan travel chargernya adalah $17. Entah harga baterai yang buatan China.

Pada pemotretan outdoor yang sangat gelap, maka dengan ISO 3200 sekalipun speednya tidak pernah lebih lambat daripada 1/4, sehingga hasilnya yaa gelap, jadi rupanya kamera Fujifilm T410 ini lebih mengutamakan stabilisasi agar tidak goyang. Syarat paling mudah apakah sesuatu yang gelap/remang-remang dapat dipotret adalah tembok tersebut tercahayai, walaupun sedikit. Saya coba memotret teras yang memiliki lampu teras yang kecil dari jarak sekitar 15 meter dan zoom 10x, maka dari ISO 100 hingga ISO 3200, semuanya OK, tetapi hasil terbaik didapatkan dengan ISO 200. Tetapi jika ada orang di teras dan mukanya tidak tercahayai (backlighting), maka dapat dipastikan muka orang tersebut gelap.

Selain exposure compensation, kamera Fujifilm T410 ISOnya dapat diatur. Dengan ISO kita tetapkan, maka proses pemotretan dapat dipercepat, karena komputernya kamera akan segera menetapkan bukaan diafragma terbesar untuk keadaan yang agak gelap dan tinggal menetapkan speednya. Jadi adanya fasilitas pengaturan ISO akan sangat membantu, padahal kamera saku lainnya yang bahkan berharga hampir 2 Juta banyak yang tidak memiliki fasilitas ini. Setidak-tidaknya dengan fasilitas ini, walaupun cahaya terang, tetapi kita bisa menggunakan ISO yang cukup tinggi agar gambar tidak goyang terutama pada penggunaan zoom.

Di Indonesia resensi untuk kamera masih sangat kurang, tetapi untuk global dapat melihatnya pada amazon com yang saya nilai cukup obyektif, karena menampilkan yang berbintang 5 dan juga yang berbintang satu untuk kamera yang sama, sedangkan resensi dari mereka yang cari makan dari resensi tersebut mungkin keobyektifitasannya akan kurang. Ciri-cirinya situs atau blog mereka penuh dengan iklan. Setelah mendapatkan kamera yang cocok dari browsing, maka datangi penjual dan tawar sesuai harganya dari internet, biasanya penjual akan berusaha mengalihkan kita untuk membeli kamera yang memberikan untung lebih besar. Jangan terkecoh, penjual itu bukan malaikat. Ikut atau setidaknya membaca forum tentang kamera juga perlu, misalnya http://www.kamera-digital.com/forum/viewtopic.php?TopicID=13907&page=1

Pesaing
Nikon Coolpix S5300
Pesaing Fujifilm T410 saat ini adalah Nikon Coolpix S5300, seharga Rp 1.500.000 atau satu setengah kali harga Fujifilm T410. Kamera ini diluncurkan awal tahun 2014 dan setahun kemudian telah didiskontinue. Menurut Phothographyblog.com, Image Quality Nikon Coolpix S5300 mendapat nilai 4 dari 5, sedangkan Fujifilm T410 mendapat nilai 3 dari 5. Dimana keduanya cocok untuk street photography dan penggunaan sehari-hari.
Keunggulan dibandingkan Fujifilm T410 adalah:
* Menggunakan sensor CMOS yang lebih peka cahaya daripada CCD
* Lebih tipis, karena lensanya dapat sepenuhnya ditarik ke dalam body (lebih tipis 8mm).
* Full HD dengan MPEG-4, sehingga langsung dapat dilihat di TV LCD/LED.
* Menggunakan USB Standar yang memudahkan koneksi ke komputer atau Power Supply USB.
* Memiliki port HDMI Out untuk dapat dihubungkan langsung ke LCD/LED.
* Dapat mengambil gambar 3D.
* Memiliki WiFi untuk mempermudah sharing.
Kekurangan dibandingkan Fujifilm T410 adalah:
* Optical zoom hanya 8x, dengan digital zoom hanya 4x, sehingga total zoomnya 32x saja, sedangkan Fujifilm T410, total zoomnya 72x.
* f3.7-6.6, sedangkan Fujiflim T410 f3.4-5.6.
* Speed tercepat hanya 1/1500, sedangkan Fujifilm T410 1/2000

Nikon Coolpix S6700
Pesaing Fujifilm T410 saat ini mungkin Nikon Coolpix S6700 yang sama-sama memiliki 10x optical zoom seperti Fujifilm T410. Sensornya sudah 20.1MP, tetapi digital zoomnya hanya tetap 4x. Seperti halnya Nikon Coolpix S5300, menurut photographyblog.com untuk Image Qualitynya mendapat nilai 4 dari 5. Pertengahan Oktober 2015 atau 5 bulan setelah pertama kali tulisan ini diluncurkan, maka harga Nikon Coolpix S6700 adalah Rp 1.399.000. Tetapi saya tetap mengunggulkan Fujifilm T410, karena digital zoomnya hingga 7,2x. Masa depan dari kamera modern adalah pada kemampuan digital zoomnya.

Pentax Optio VS20
Pentax Optio VS 20 harganya kurang dari Rp 1.500.000 telah diluncurkan sejak 2011, tetapi hingga kini belum didiskontinue. Menurut Phothographyblog.com, Image Quality Pentax Optio VS20 sama dengan Fujifilm T410, yakni mendapat nilai 3 dari 5. Dan keduanya cocok untuk street photography dan penggunaan sehari-hari.
Keunggulan dibandingkan Fujifilm T410 adalah:
* Optical zoom 20x.
* Digital zoom 7.2x sama dengan Fujifilm T410, tetapi memiliki fasilitas SmartZoom untuk pengambilan foto dengan zoom 30x , 7MP dan zoom 144x, VGA 640x480.
* F3.1-4.8, sedangkan Fujiflim T410 f3.4-5.6.
* Speed tercepat 1/2500.
* ISO manual mulai 80.
* Memiliki dual shutter dan zoom lever yang sebenarnya kurang berguna untuk kamera yang kecil.
* Memiliki dua lubang tripod di atas dan di samping kamera, sehingga dapat juga mengambil foto portrait/tegak dengan menggunakan tripod.
* Memiliki digital horizontal level, sehingga kamera dapat dengan mudah disejajarkan dengan horizon.
Kekurangan dibandingkan Fujifilm T410 adalah:
* Lebih tebal 5mm dan tentunya juga menjadi lebih berat, tetapi berat berikut baterai masih kurang dari 200 gram.
* Menggunakan Compatibility AVI (Motion JPEG) yang kualitasnya lebih rendah dari AVI untuk dilihat pada komputer.

Kesimpulan:
Lensa Zoom bagaimanapun tidak sebagus fixed focus lens, semakin panjang zoomnya, semakin buruk hasilnya dan sulit untuk membidiknya. Total zoom (optical dan digital) zoom yang masih dapat dibidik dengan baik tanpa menggunakan tripod maksimum hanya 40x. Jadi jika jarang membidik burung atau hewan-hewan liar di kejauhan, maka superzoom atau zoom yang besar adalah percuma. Dalam penggunaan zoom, stabilisasi adalah sangat penting untuk menghasilkan gambar yang tidak goyang. Sayangnya hampir semua kamera saku/kompak tidak memiliki eye viewfinder (jendela bidik). Padahal jendela bidik yang didekatkan ke mata pada saat membidik dapat meminimalisasi goyangan. Kamera saku berjendela bidik (Electronic Eye Viewfinder) yang paling murah mungkin adalah Panasonic Lumix DMC-TZ70 yang di Amerika Serikat dikenal sebagai ZS50 seharga $398 dengan berat 243 gram, 110,6x64,3x34,4mm, 30x optical zoom, 12MP CMOS, Full HD.

Jika tidak berkeberatan dengan berat dan besarnya body dan ingin lebih serius memotret, tidak ada salahnya memilih Bridge Camera berjendela bidik( https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_bridge_cameras ). Bridge camera adalah kamera yang menjembatani antara kamera saku dengan kamera DSLR, dimana semua features DSLR ada pada Bridge camera, misalnya jendela bidik EVF, hotshoe, filter thread, PASM dial, RAW dan bahkan bridge camera memiliki features yang tidak dimiki oleh DSLR, misalnya macam-macam digital filter. Harganya terkadang lebih murah daripada kamera saku yang memiliki jendela bidik. Yang termurah dengan optical zoom 60x (20-1200mm) adalah Panasonic Lumix FZ70/FZ72 (606 gram, 130x97x118mm) seharga $250, 16MP CMOS, f/2.8-5.9, maksimum zoom 135x dengan 3MP, speed tercepat 1/2000, Full HD. Saat ini banyak professional yang menjadikan Bridge camera sebagai kamera kedua, setelah DSLR (bahkan ada yang menjadikan bridge camera sebagai kamera pertama, terutama untuk wild photography), karena kepraktisannya dan murah. Pada iklim tropis dimana banyak sinar matahari, maka hasil foto bridge camera boleh dikatakan hampir selalu bagus, walaupun DSLR camera dengan lensa-lensanya yang harganya bisa mencapai berpuluh-puluh kali lipat harga Bridge camera hasilnya tetap akan lebih baik. Tetapi dengan kepekaan sensor yang semakin meningkat, maka perbedaan kualitas foto antara Bridge camera dan DSLR camera akan terus semakin menyusut.

Tambahan 18 Juni 2015:
Sebaiknya jangan gunakan Micro SDHC dengan Adapter, karena sering timbul pesan Memory Card Error. Gunakan saja SDHC Card atau lebih baik lagi SDXC Card.

Tambahan 19 Juni 2015:
Walaupun mempunyai jendela bidik, tetapi untuk memotret burung yang sedang terbang dengan superzoom hampir mustahil, karena pada jendela bidik, burung akan melintas sangat cepat. Sampai saat ini hanya ada satu Bridge camera yang selain memiliki jendela bidik, juga memiliki fisir seperti pada senapan, sehingga disebut juga Eagle Eye, yakni Olympus Stylus SP-100 IHS 16 MP CMOS seharga $339 dengan optical zoom 50x (24-1200mm). Mengingat jangkauan maksimal zoomnya sama dengan Panasonic Lumix FZ70/72, maka kedua kamera tersebut harus dipertimbangkan. Menurut Photographyblog.com Panasonic Lumix FZ70 memiliki image quality yang lebih baik daripada Olympus Stylus SP-100 IHS, memiliki score 4 dan 3,5 dari 5. Bagaimanapun kedua kamera ini memiliki image quality yang lebih baik daripada kamera kompak Fujifilm T400 dengan score 3, walaupun semua kamera tersebut memiliki sensor berukuran kecil 1/2,3", hanya saja pada Bridge camera diameter lensanya lebih besar daripada pada kamera kompak, sehingga dapat mengantarkan sinar lebih banyak pada sensor.

Tambahan 23 Juni 2015:
Sesudah memotret, maka pada waktu display, gambar dapat diperbesar hingga 3x dan dapat digeser-geser ke atas-bawah-kiri-kanan, sehingga beberapa detail yang sebelumnya tidak terlihat sekarang menjadi lebih jelas terlihat. Sayang gambar pembesaran ini tidak dapat di Save. Tetapi setidaknya sebelum memotret dengan zoom sebesar 72x, kita dapat mengetahui apakah gambar tersebut layak dipotret dengan zoom 72x dan bagian mana yang perlu dizoom. Sebelumnya ambil dulu gambar dengan pembesaran 28x dengan 2MP, lalu lihat pada display dan lakukan pembesaran gambar. Save ternyata dapat dilakukan melalui Menu lalu Crop. Jadi sebenarnya kita dapat saja hanya memotret dengan zoom 28x atau 24x dan kemudian melakukan Crop, tanpa kesulitan membidik dengan zoom sebesar 72x.

Tambahan 24 Juni 2015:
Jika akan melakukan crop, maka pada saat membidik/memotret tidak perlu dipikirkan letak obyeknya ada di tengah frame apa tidak, yang penting sudah ada dalam frame, karena nantinya kan akan dicrop. Maka kesulitan membidik dengan total zoom 72x dapat dikurangi. Dengan menggunakan optical zoom 10x dan digital zoom 7,2x dan crop 3x, maka akan didapatkan pembesaran sebesar 216x atau setara dengan 216x28mm= 6048mm!!!

Tambahan 24 Juni 2015:
Jika gambar baterai telah bewarna merah, segera matikan kamera dan charge, jangan memaksa untuk menggunakannya, karena bisa hang, semua tombol tak dapat berfungsi. Jangan panik, diamkan satu-dua menit, tanpa menekan tombol apapun, kemudian coba matikan kamera dan biasanya berhasil.

Tambahan 11 Juli 2015:
Berhubung 2 kartu Micro SD V-Gen saya sering sekali 'Memory Card Error', maka saya akan tukarkan pada Cipta Mitra Solusindo (CMS) Harco Mangga Dua Lt-3, dekat Gunung Sahari. Saya dianjurkan ke Intact yang berjarak -/+ 20 meter dari CMS di lantai yang sama. Ini adalah distributor V-Gen. Sebelumnya saya telah membeli satu Micro SD Card dengan Adapter dan satu lagi Micro SD Card saja. Sejak pertama yang satu mudah masuk ke Adapternya, sedangkan yang satunya lagi seret. Menurut Intact itu karena sticker yang menempel pada Micro SD tersebut. Diganti Adapternya keduanya mudah masuk dan tidak bermasalah. Dugaan saya memang Adapternya tidak standar, apalagi kalau sampai stikernya juga tidak standard. Boleh jadi V-Gen mengimpor Micro SD Card tersebut dalam bentuk polosan dan diberi stiker maupun Adapter buatan Indonesia. Yang mungkin saja kualitasnya tidak baik. Setidak-tidaknya kualitas Quality Controlnya tidak memadai. Sampai saat ini CMS masih merupakan penjual asesoris komputer yang paling murah di Jakarta. Misalnya SD Card 8GB di CMS Rp 39.000, di Intact Rp 45.000 (wajar, karena distributor tak boleh menjual lebih murah daripada vendor menjual ke konsumen (suggested price)), tetapi di toko lain ditawarkan Rp 60.000 atau lebih dan jika kita tak tahu harga di CMS, maka jika terjadi transaksi pada Rp 50.000pun, sudah kemahalan. Ada baiknya mengecek harga secara online terlebih dahulu, sayangnya situs CMS harus login dulu. Sedangkan di Enter Komputer tidak perlu login dulu, tetapi harganya biasanya lebih mahal sedikit daripada di CMS.

Tambahan 31 Agustus 2015:
Jika tidak ingin merubah-rubah setting, maka sebaiknya setting saja pada ISO 800 dan jangan Auto. Dengan mengeset pada ISO 800, maka di tempat terang noise hampir tidak ada, shutter release juga cepat dan kemungkinan blur, karena menggunakan zoom hampir tidak ada. Di tempat gelap, maka ISO 800 akan menimbulkan noise yang dapat ditolerir dan setting ini sebaiknya tidak diubah, walaupun menggunakan flash sekalipun. Setting yang lain adalah gunakan selalu Full Resolution dan zoom optical hingga 10x mungkin sudah sangat memadai untuk berbagai keperluan, karena ada fasilitas Resize ke 5MP, 2MP dan VGA, demikian pula fasilitas Cropnya.

Tambahan 21 Januari 2016:
Kamera Fujifilm T410 memiliki speaker yang cukup sensitive, walaupun hanya lubang kecil di depan kamera. Kelemahannya bagi si pembidik, suaranya tidak begitu terdengar jelas, sedangkan yang dibidik suaranya akan terdengar jelas dengan catatan suaranya juga terdengar jelas oleh si pembidik. Kamera ini menangani suara derau cukup baik, tetapi konsekuensinya suara kita, jika tidak agak berteriak, maka akan terdengar lemah. Speaker pada kamera sangat lemah, bahkan hampir tak terdengar, tetapi jika didownload ke komputer suaranya jelas dan cukup baik. Pada mode Optical, maka pembesaran dapat dilakukan hingga 10x. Tiap kali tombol zoom dipencet, maka pada hasil rekaman akan terdengar suara klik yang sangat lemah, jadi boleh dikatakan tidak mengganggu. Karena tiap kali zoom artinya merubah frame, maka akan terdapat blur sepersekian detik, tetapi cukup cepat untuk mendapatkan fokusnya kembali. Image stabilisizernya cukup baik, walaupun tangan kita goyang-goyang dan tentunya gambarnya ikut goyang-goyang, tetapi gambar tetap tajam. Hasil videonya dengan menggunakan zoom maksimal 10x, boleh dikatakan memuaskan. Jika tidak keberatan dengan gambar yang goyang-goyang, karena tangan kita yang goyang, maka handheld tidak menjadi masalah, tetapi untuk hasil terbaik tentunya harus menggunakan tripod. Saya puas dengan hasil videonya, walaupun ini adalah kamera.

Tambahan 1 April 2016:
Kamera Fujifilm T400 terdapat di Lazada.co.id http://www.lazada.co.id/beli-kamera-pocket/fujifilm/?categorylink=1 seharga Rp 1.379.000 dengan bonus SD Card 8GB dan camera case.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar