Sebenarnya mana yang lebih baik dimiliki Monitor atau Televisi Full HD. Di Indonesia Monitor Full HD sangat jarang, sedangkan Televisi Full HD juga jarang, tetapi masih lebih mudah dijumpai terutama untuk ukuran 32 inch ke atas, tetapi untuk yang berukuran 32 inch atau kurang juga sangat jarang.
Dahulu kualitas gambar monitor lebih baik dari TV, karena resolusi TV Analog memang jelek, bahkan lebih jelek dari DVD. Sekarang ini TV LCD/LED gambarnya sudah bagus minimal HD 1368x768 pixel = 1050624 pixel, sedangkan yang Full HD 1920x1080 pixel = 2073600 pixel, tentunya mutu (kehalusan) gambarnya jauh lebih baik lagi. Monitor saat ini umumnya telah mendukung HD, tetapi belum Full HD (terlalu mahal). Monitor itu Analog, sedangkan TV LCD/LED adalah Digital.
Sekarang ini kamera yang relatif murahpun telah memiliki fasilitas perekaman video Full HD, sehingga memilih TV Full HD tentunya lebih baik. Setelah mengunjungi banyak toko, hanya ada sedikit pilihan dan jangan mau ditipu oleh penjual. Hampir semua TV LCD/LED HD dapat menampilkan video Full HD tetapi dengan interlace atau untuk satu frame gambar disapu 2x, hasilnya tentu tidak begitu baik. Untuk mengetahui TV itu Full HD atau tidak, gulung kertas seperti teropong dan tempelkan pada layar, maka kan terlihat layarnya halus atau tidak, HD atau Full HD.
Salah satu pilihan yang paling masuk akal adalah TV LED Samsung H5003AR 22", kecil memang, tetapi sudah sangat cukup untuk ditaruh di meja sebagai monitor, atau sebagai TV sampai jarak 3 meter. Resolusinya yang Full HD tampak halus sangat luar biasa, karena layarnya yang berukuran 22" dibandingkan dengan TV 40" Full HD yang tampak kasar pada jarak sekitar 2 meter, untungnya kita menonton TV 40" biasanya dengan jarak minimal 3 meter. Kehalusan gambar TV LED Samsung H5003AR 22" bahkan dapat disandingkan dengan TV LED 4 K 3840x 2160 pixel = 8294400 pixel, yang jumlah pixelnya 4x lebih banyak daripada TV LED Full HD, tetapi luas layar 40" hanya 3x luas layar 22", sehingga TV LED 4K 40" gambarnya masih lebih halus daripada TV LED Samsung H5003AR 22". Tetapi jika dibandingkan dengan TV LED 4K 50", maka TV LED Samsung H5003AR 22" lebih halus/unggul gambarnya, karena luas layar 50" itu 5x luas layar 22". Jadi jangan bangga dulu, kalau punya TV LED dengan layar yang besar. TV LED Full HD 22" kehalusan gambarnya itu setara dengan TV LED 4K 44", jika ada, tetapi yang ada sekarang ini adalah 42".
Sebagai monitor untuk ditaruh di meja, sampai 29 inch sebenarnya masih bisa diterima, tetapi tidak yang 32 inch, karena akan membuat leher (bukan hanya mata) sibuk tengok kiri kanan. Changhong LED Full HD 29" harganya setara dengan Samsung H5003AR 22", yakni Rp 1.650.000, tetapi tampilan gambar Changhong seperti berkabut, untungnya merata, sehingga buat yang tidak terlalu mementingkan kualitas gambar, mungkin Changhong telah mencukupi. TV Changhong tersebut juga masih memiliki konektor VGA/PC Input selain HDMI, sedangkan Samsung H5003 AR 22" hanya memiliki konektor HDMI.
VGA/PC Input/Output itu analog, sedangkan DVI, HDMI dan Display Port itu digital. Menghubungkan yang sejenis itu relatif mudah, tetapi untuk menghubungkan antara analog dan digital perlu biaya lebih besar. Tergantung mother boardnya, maka semua motherboard pasti memiliki konektor VGA/PC Output dan mungkin juga konektor-konektor output digital. Sedangkan semua VGA Card saat ini selalu memiliki konektor VGA/PC Output dan konektor-konektor output digital. Ketika menghubungkan komputer dengan TV Samsung H5003AR 22" tersebut melalui kabel HDMI-HDMI, maka gagal. Baca buku petunjuknya, maka harus menghubungkan DVI Output komputer dengan HDMI TV. Perlu membeli adapter DVI to HDMI seharga Rp 45.000 di tokokabel.com, Mangga Dua Square, sehingga kabel HDMI-HDMI dapat dihubungkan. Sedangkan kabel HDMI-HDMI yang digunakan cukup yang paling murah seharga Rp 30.000 saja. Tetapi akhirnya saya membeli kabel DVI to HDMI seharga Rp 45.000 di INCUS Store Mangga Dua Mal Lantai 3, dekat SBS yang juga jual kabel, sayang waktu itu SBS tutup. Mengingat digital itu adalah yes or no, ada atau tidak, jadi berbeda dengan analog yang semakin bagus kualitas kabelnya, maka akan semakin baik gambarnya. Menggunakan kabel digital to digital yang berharga mahal akan sama kualitasnya dengan menggunakan kabel yang berharga murah. Jadi jangan sampai tertipu bujuk rayu penjual. Karena Mobo saya tak memiliki konektor DVI, maka saya menggunakan Video/graphic card NVidia. Kabel DVI to HDMI tinggal dicolokkan pada masing-masing perangkat, maka gambar beserta suara akan muncul. Direkomendasikan menggunakan resolusi 1920x1080x60p, tetapi gambarnya sebagian out-of-frame dan teks tidak jelas. Menggunakan resolusi 1600x900x60p, maka sebagai monitor gambarnya jelas banget, lebih kinclong dan halus dibandingkan menggunakan Monitor Viewsonic 17". Jadi tak ada salahnya menggunakan Samsung H5003 AR 22" sebagai monitor, sekaligus sebagai penerima siaran TV Digital.
Suara dari speaker internal Samsung H5003AR 22" adalah 2x3 Watt, sedangkan banyak TV LCD/LED berukuran layar kecil hanya memiliki speaker internal 2x2 Watt. DTS Surroundnya dapat mensimulasi 5.1 channel hanya dengan 2 speaker. Efek surroundnya masih terasa hingga jarak 3 meter dari speaker dan semakin besar efeknya jika makin dekat dengan speaker. Dengan mengeset equalizer 100 Hz pada batas maksimum, maka efek bas mulai terasa sedikit dan bagusnya suara tidak pecah walaupun volume suara dimaksimalkan.
Sayangnya Samsung H5003AR 22" tidak bisa geleng kiri kanan atau mengangguk-angguk, karena kakinya harus disekrup mati dengan bodi layarnya. Geleng kiri kanan dapat dilakukan dengan memutar layarnya sekaligus berikut kakinya, tetapi tidak untuk angguk-angguk. Untuk dijadikan monitor, dimana letak layar biasanya lebih rendah sedikit dari mata kita, maka gambar sangat jelas, tetapi untuk dijadikan TV dan dipasang di dinding setinggi 2 meter, maka gambar akan menjadi lebih gelap, karena mata kita lebih rendah dari layar TVnya, walaupun gambarnya tetap bagus, karena gelapnya merata, misalnya seorang model yang kulitnya bewarna cerah akan menjadi berkulit agak sawo matang. Tentu saja hal ini bisa diatasi dengan menyetel ulang warna-warnanya. Pada saat mata tegak lurus pada layarpun sebenarnya proses menggelap tersebut sudah mulai terjadi, sehingga saya berpikir apakah memang Samsung H5003AR 22" tersebut sebenarnya lebih diprioritaskan sebagai monitor. Jadi jika beli bracket untuk dipasang di dinding, bracket tersebut jangan hanya bisa menggeleng, tetapi harus bisa juga mengangguk, tetapi apa ada yaa? Untuk dijadikan TV, maka sebaiknya TV Samsung H5003AR 22" tersebut diletakkan pada credenza atau meja rendah, setinggi 40cm atau maksimal 60cm. Proses menggelap tersebut tidak terjadi, jika kita melihat layar dari sebelah atas atau dari kiri kanan.
Tambahan 15 Agustus 2015:
Antena analog yaa untuk TV analog (VHF), sedangkan siaran TV digital menggunakan UHF. Jadi jika berencana menayangkan siaran TV digital diperlukan antena TV UHF dan biasanya antena sekarang ini bisa menangkap siaran VHF dan UHF sekaligus. Banyak pilihan antena outdoor, demikian juga antena indoor, tetapi yang bisa indoor dan outdoor hanya Toyosaki AIO 200 seharga Rp 110.000. Saya membeli antena ini, karena malas manjat untuk masang antena outdoor, tetapi jika terpaksa dapat digunakan sebagai antena outdoor. Bentuknya sederhana, hanya menyerupai angka 8, tetapi mau dipasang tegak atau tiduran, sama-sama berfungsi, malah saya geletakkan begitu saja di atas meja. Tetapi biar bagaimanapun antena indoor tidak sebaik antena outdoor atau yang dipasang secara outdoor. Pekerjaan pembuatan antena tersebut sangat halus, bahkan kabel antenanya telah dilengkapi konektor male di kedua ujungnya, berbentuk jarum dan konektornya dihubungkan dengan ulir, jadi tidak asal tancap saja. Jelas telah siap untuk dipasang secara outdoor. Sayangnya antena TV Toyosaki AIO 200 ini tidak dilengkapi dengan gain control, padahal pada dusnya disebutkan dilengkapi dengan gain control.
Tambahan 17 Maret 2016:
Di LotteMart dijual TV Panasonic TH22C305G seharga Rp 1.699.000. Sama-sama 22" seperti TV Samsung H5003AR 22", sama-sama Full HD dan memiliki speaker yang identik 2x3Watt. Keunggulannya sudah ada VGA input, walaupun share dengan composite. Panasonic mengklaim sudah 100Hz Background Motion Rate, tetapi tidak jelas 100Hz True atau Interlace yang sebenarnya hanya 2x50Hz. Sulit untuk membandingkan kualitas gambar Panasonic dengan Samsung, karena keduanya tidak pernah dipajang bersebelahan, apalagi kalau ada Samsung 22", maka tak ada Panasonic 22", demikian juga sebaliknya.
Dahulu kualitas gambar monitor lebih baik dari TV, karena resolusi TV Analog memang jelek, bahkan lebih jelek dari DVD. Sekarang ini TV LCD/LED gambarnya sudah bagus minimal HD 1368x768 pixel = 1050624 pixel, sedangkan yang Full HD 1920x1080 pixel = 2073600 pixel, tentunya mutu (kehalusan) gambarnya jauh lebih baik lagi. Monitor saat ini umumnya telah mendukung HD, tetapi belum Full HD (terlalu mahal). Monitor itu Analog, sedangkan TV LCD/LED adalah Digital.
Sekarang ini kamera yang relatif murahpun telah memiliki fasilitas perekaman video Full HD, sehingga memilih TV Full HD tentunya lebih baik. Setelah mengunjungi banyak toko, hanya ada sedikit pilihan dan jangan mau ditipu oleh penjual. Hampir semua TV LCD/LED HD dapat menampilkan video Full HD tetapi dengan interlace atau untuk satu frame gambar disapu 2x, hasilnya tentu tidak begitu baik. Untuk mengetahui TV itu Full HD atau tidak, gulung kertas seperti teropong dan tempelkan pada layar, maka kan terlihat layarnya halus atau tidak, HD atau Full HD.
Salah satu pilihan yang paling masuk akal adalah TV LED Samsung H5003AR 22", kecil memang, tetapi sudah sangat cukup untuk ditaruh di meja sebagai monitor, atau sebagai TV sampai jarak 3 meter. Resolusinya yang Full HD tampak halus sangat luar biasa, karena layarnya yang berukuran 22" dibandingkan dengan TV 40" Full HD yang tampak kasar pada jarak sekitar 2 meter, untungnya kita menonton TV 40" biasanya dengan jarak minimal 3 meter. Kehalusan gambar TV LED Samsung H5003AR 22" bahkan dapat disandingkan dengan TV LED 4 K 3840x 2160 pixel = 8294400 pixel, yang jumlah pixelnya 4x lebih banyak daripada TV LED Full HD, tetapi luas layar 40" hanya 3x luas layar 22", sehingga TV LED 4K 40" gambarnya masih lebih halus daripada TV LED Samsung H5003AR 22". Tetapi jika dibandingkan dengan TV LED 4K 50", maka TV LED Samsung H5003AR 22" lebih halus/unggul gambarnya, karena luas layar 50" itu 5x luas layar 22". Jadi jangan bangga dulu, kalau punya TV LED dengan layar yang besar. TV LED Full HD 22" kehalusan gambarnya itu setara dengan TV LED 4K 44", jika ada, tetapi yang ada sekarang ini adalah 42".
Sebagai monitor untuk ditaruh di meja, sampai 29 inch sebenarnya masih bisa diterima, tetapi tidak yang 32 inch, karena akan membuat leher (bukan hanya mata) sibuk tengok kiri kanan. Changhong LED Full HD 29" harganya setara dengan Samsung H5003AR 22", yakni Rp 1.650.000, tetapi tampilan gambar Changhong seperti berkabut, untungnya merata, sehingga buat yang tidak terlalu mementingkan kualitas gambar, mungkin Changhong telah mencukupi. TV Changhong tersebut juga masih memiliki konektor VGA/PC Input selain HDMI, sedangkan Samsung H5003 AR 22" hanya memiliki konektor HDMI.
VGA/PC Input/Output itu analog, sedangkan DVI, HDMI dan Display Port itu digital. Menghubungkan yang sejenis itu relatif mudah, tetapi untuk menghubungkan antara analog dan digital perlu biaya lebih besar. Tergantung mother boardnya, maka semua motherboard pasti memiliki konektor VGA/PC Output dan mungkin juga konektor-konektor output digital. Sedangkan semua VGA Card saat ini selalu memiliki konektor VGA/PC Output dan konektor-konektor output digital. Ketika menghubungkan komputer dengan TV Samsung H5003AR 22" tersebut melalui kabel HDMI-HDMI, maka gagal. Baca buku petunjuknya, maka harus menghubungkan DVI Output komputer dengan HDMI TV. Perlu membeli adapter DVI to HDMI seharga Rp 45.000 di tokokabel.com, Mangga Dua Square, sehingga kabel HDMI-HDMI dapat dihubungkan. Sedangkan kabel HDMI-HDMI yang digunakan cukup yang paling murah seharga Rp 30.000 saja. Tetapi akhirnya saya membeli kabel DVI to HDMI seharga Rp 45.000 di INCUS Store Mangga Dua Mal Lantai 3, dekat SBS yang juga jual kabel, sayang waktu itu SBS tutup. Mengingat digital itu adalah yes or no, ada atau tidak, jadi berbeda dengan analog yang semakin bagus kualitas kabelnya, maka akan semakin baik gambarnya. Menggunakan kabel digital to digital yang berharga mahal akan sama kualitasnya dengan menggunakan kabel yang berharga murah. Jadi jangan sampai tertipu bujuk rayu penjual. Karena Mobo saya tak memiliki konektor DVI, maka saya menggunakan Video/graphic card NVidia. Kabel DVI to HDMI tinggal dicolokkan pada masing-masing perangkat, maka gambar beserta suara akan muncul. Direkomendasikan menggunakan resolusi 1920x1080x60p, tetapi gambarnya sebagian out-of-frame dan teks tidak jelas. Menggunakan resolusi 1600x900x60p, maka sebagai monitor gambarnya jelas banget, lebih kinclong dan halus dibandingkan menggunakan Monitor Viewsonic 17". Jadi tak ada salahnya menggunakan Samsung H5003 AR 22" sebagai monitor, sekaligus sebagai penerima siaran TV Digital.
Suara dari speaker internal Samsung H5003AR 22" adalah 2x3 Watt, sedangkan banyak TV LCD/LED berukuran layar kecil hanya memiliki speaker internal 2x2 Watt. DTS Surroundnya dapat mensimulasi 5.1 channel hanya dengan 2 speaker. Efek surroundnya masih terasa hingga jarak 3 meter dari speaker dan semakin besar efeknya jika makin dekat dengan speaker. Dengan mengeset equalizer 100 Hz pada batas maksimum, maka efek bas mulai terasa sedikit dan bagusnya suara tidak pecah walaupun volume suara dimaksimalkan.
Sayangnya Samsung H5003AR 22" tidak bisa geleng kiri kanan atau mengangguk-angguk, karena kakinya harus disekrup mati dengan bodi layarnya. Geleng kiri kanan dapat dilakukan dengan memutar layarnya sekaligus berikut kakinya, tetapi tidak untuk angguk-angguk. Untuk dijadikan monitor, dimana letak layar biasanya lebih rendah sedikit dari mata kita, maka gambar sangat jelas, tetapi untuk dijadikan TV dan dipasang di dinding setinggi 2 meter, maka gambar akan menjadi lebih gelap, karena mata kita lebih rendah dari layar TVnya, walaupun gambarnya tetap bagus, karena gelapnya merata, misalnya seorang model yang kulitnya bewarna cerah akan menjadi berkulit agak sawo matang. Tentu saja hal ini bisa diatasi dengan menyetel ulang warna-warnanya. Pada saat mata tegak lurus pada layarpun sebenarnya proses menggelap tersebut sudah mulai terjadi, sehingga saya berpikir apakah memang Samsung H5003AR 22" tersebut sebenarnya lebih diprioritaskan sebagai monitor. Jadi jika beli bracket untuk dipasang di dinding, bracket tersebut jangan hanya bisa menggeleng, tetapi harus bisa juga mengangguk, tetapi apa ada yaa? Untuk dijadikan TV, maka sebaiknya TV Samsung H5003AR 22" tersebut diletakkan pada credenza atau meja rendah, setinggi 40cm atau maksimal 60cm. Proses menggelap tersebut tidak terjadi, jika kita melihat layar dari sebelah atas atau dari kiri kanan.
Tambahan 15 Agustus 2015:
Antena analog yaa untuk TV analog (VHF), sedangkan siaran TV digital menggunakan UHF. Jadi jika berencana menayangkan siaran TV digital diperlukan antena TV UHF dan biasanya antena sekarang ini bisa menangkap siaran VHF dan UHF sekaligus. Banyak pilihan antena outdoor, demikian juga antena indoor, tetapi yang bisa indoor dan outdoor hanya Toyosaki AIO 200 seharga Rp 110.000. Saya membeli antena ini, karena malas manjat untuk masang antena outdoor, tetapi jika terpaksa dapat digunakan sebagai antena outdoor. Bentuknya sederhana, hanya menyerupai angka 8, tetapi mau dipasang tegak atau tiduran, sama-sama berfungsi, malah saya geletakkan begitu saja di atas meja. Tetapi biar bagaimanapun antena indoor tidak sebaik antena outdoor atau yang dipasang secara outdoor. Pekerjaan pembuatan antena tersebut sangat halus, bahkan kabel antenanya telah dilengkapi konektor male di kedua ujungnya, berbentuk jarum dan konektornya dihubungkan dengan ulir, jadi tidak asal tancap saja. Jelas telah siap untuk dipasang secara outdoor. Sayangnya antena TV Toyosaki AIO 200 ini tidak dilengkapi dengan gain control, padahal pada dusnya disebutkan dilengkapi dengan gain control.
Tambahan 17 Maret 2016:
Di LotteMart dijual TV Panasonic TH22C305G seharga Rp 1.699.000. Sama-sama 22" seperti TV Samsung H5003AR 22", sama-sama Full HD dan memiliki speaker yang identik 2x3Watt. Keunggulannya sudah ada VGA input, walaupun share dengan composite. Panasonic mengklaim sudah 100Hz Background Motion Rate, tetapi tidak jelas 100Hz True atau Interlace yang sebenarnya hanya 2x50Hz. Sulit untuk membandingkan kualitas gambar Panasonic dengan Samsung, karena keduanya tidak pernah dipajang bersebelahan, apalagi kalau ada Samsung 22", maka tak ada Panasonic 22", demikian juga sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar