Sabtu, 25 Juni 2016

Vaksin tak palsu di Biofarma

Ribut-ribut vaksin palsu, saya tidak khawatir, karena saya vaksin di Biofarma. Mengapa?

Saya sudah melakukan vaksinasi dewasa rutin sejak akhir tahun 80-an. Mulanya saya vaksin Hepatitis B yang masih langka dan kalau sekarang hanya cukup dengan Rp 50.000 saja, maka dahulu dengan uang nilai sekarang yaa di atas satu juta. Vaksinasi Hepatitis A juga saya lakukan dan lebih langka lagi serta lebih mahal lagi dibandingkan Hepatitis B. Penemuan terbaru adalah seseorang yang sudah pernah divaksin Hepatititis A atau B, apalagi pernah terjangkit dan kemudian sembuh tidak perlu divaksin secara rutin, tetapi jika khawatir bisa melakukan vaksinasi ulang di usia 50-an atau lebih. Pemeriksaan Anti HbS dan HbsAg sebelum divaksinasi juga tidak diperlukan, karena mahal dan lebih murah vaksinnya. Dahulu hal ini dilakukan, karena kalau kita telah memiliki antibody/penangkal alamiah, maka vaksinasi akan sia-sia dan harga vaksinnya masih mahal. Sekarang karena Vaksinasi Hepatitis B sudah murah, yaa disuntik saja langsung, toh tidak mengakibatkan apa-apa kalau sudah memiliki penangkal alamiah.

Vaksinasi Typhus juga saya lakukan, walaupun vaksinasi ini hanya melindungi sekitar 70 persen lebih, tetapi seseorang yang telah divaksin seandainya terjangkit Typhus, maka akan ringan saja penyakitnya. Perlu tindakan rutin Vaksinasi Typhus 3 tahun sekali. Saya melakukan vaksinasi ini di RS.

Mengingat vaksinasi di RS perlu antri, maka saya mencoba mencari distributor vaksin, misalnya produsen Aventis, distributornya siapa saja. Di distributor resmi harga vaksin didiskon 20 persen dan tentunya tidak palsu. Untuk menyuntiknya bisa minta bantuan perawat atau bidan dan kalau berani yaa nyuntik sendiri. Jika intarmuscular (im), maka nyuntiknya mudah yang penting jangan kena pembuluh darah. Biasanya yang disuntik adalah otot deltoid (lengan atas). Bisa dilakukan di kedua lengan dengan vaksin yang berbeda sekaligus. Yang agak sulit adalah subcutant (sc), walaupun disuntikkan secara im juga bisa, tetapi efektivitasnya agak berkurang.

Mengingat distributor vaksin ada di Jakarta dan jauh dari rumah, maka saya cari tempat yang melakukan vaksinasi di sekitar Bekasi. Terdapat Rumah Vaksin yang vaksinnya relatif lengkap. Tadinya saya pikir murah, ternyata tarifnya adalah HET (padahal sudah diberi diskon oleh distributor) + biaya dokter Rp 50.000. Apakah vaksinnya palsu, kelihatannya sih asli, karena saya selalu menyimpan dus dan suntikannya dari vaksinasi-vaksinasi terdahulu. Bagaimana kalau palsu, saya tidak khawatir, karena saya telah menemukan Biofarma.

Belakangan saya baru tahu, Biofarma juga melakukan vaksinasi dan tentunya murah dan asli. Biofarma selain memproduksi vaksinnya sendiri, ternyata juga importir vaksin tertentu, misalnya MMR II. Sayangnya Biofarma ada di Bandung, jadi kalau ke Bandung, maka sebelum naik jembatang layang Pasopati, minta turun, lalu jalan kaki sekitar 250 meter ke Biofarma (jangan naik angkot, karena angkot pasti belok kiri atau kanan ke Jalan Pasirkaliki). Letak tempat vaksinasi adalah menerobos melalui pintu kantin di samping mesjid yang besar. Dan tentunya vaksinasinya bukan di kantin, tetapi di ruang yang cukup besar dengan dokter/perawat yang faham betul tentang vaksinasi. Sekarang ini saya selalu melakukan vaksinasi di Biofarma.

Tambahan 15 Juli 2016: Menurut salah satu Direktur RS pemakai vaksin palsu, karena stock vaksin yang seharusnya dipakai tidak tersedia atau pasien minta vaksin buatan Luar Negeri, maka menggunakan vaksin dari penjual (bukan distributor) lain. Hal ini terbantahkan, karena setahu saya tidak pernah terjadi kekurangan vaksin, demikian juga apakah betul pasien minta divaksinasi dengan buatan Luar Negeri, siapa tahu ini memang keinginan dokternya, karena vaksin buatan Luar Negeri lebih mahal, bayangkan kalau anda divaksin Tetanus yang harga vaksinnya cuma Rp 14.000 buatan Biofarma terus dimintai biaya nyuntik Rp 50.000 apa gak teriak-teriak. Hal ini juga terjadi pada saat dokter memberikan obat paten yang mahal dimana harganya bisa 20x daripada obat generik. Bayangkan bila biaya dokternya Rp 150.000, sedangkan obat generiknya hanya Rp 4.500. Jika anda ke dokter di RS, maka ada baiknya beli seperempat dosis dulu dan sisanya beli di luar RS, siapa tahu ada generiknya dan di luar RS harganya juga biasanya lebih murah.

Tambahan 8 Pebruari 2017: Beberapa hari yang lalu saya vaksinasi Typhus di Biofarma dan menurut saya ada prosedur kurang baik yang dilakukan. Pertama tidak memperlihatkan vaksin apa yang akan disuntikkan, penyuntik membelakangi saya. Dan ketika saya tanyakan apakah pakai Uniject, dia mengatakan Uniject hanya digunakan pada vaksinasi Hepatitis B (hal ini saya setuju, toh saya juga sudah tahu sebelumnya). Di tangan kirinya tergenggam sebuah vial, suntikannya tidak terlihat, karena tertutup oleh badannya. Pada saat melakukan penyuntikanpun saya tidak dapat melihat suntikannya, karena tertutup oleh tangannya. Penyuntikan yang dilakukan adalah intra muscular dan saya tegaskan ini im yaa dan dijawab yaa, Penyuntikan berlangsung cepat, sedangkan kalau subcutant penyuntikan berlangsung lama. Saya minta dusnya dan memang diberikan dus Typhim Vi, tetapi penyuntik mengatakan suntikannya tidak yaa, tanpa saya pernah melihat suntikannya. Sebelumnya saya pernah dua kali disuntik Typhim Vi di tempat lain dan saya selalu melihat dusnya dan syringenya. Seharusnya Biofarma melakukan penyuntikan seperti yang dilakukan oleh penyuntik yang pernah menyuntik saya sebelumnya. Di Laboratorium Klinik, selalu ditunjukkan bahwa tabung untuk pengambilan darah masih tersegel (steril), demikian juga stiker yang ditempelkan pada tabung tersebut adalah atas nama kita.