Jumat, 03 Januari 2014

Matinya Kamera Kompak dan DSLR

The Dead of DSLR, marak dikumandangkan di akhir tahun 2013, sedangkan sebelumnya kita mendengar the Dead of Compact Camera di penghujung tahun 2012.

Di tahun 2013, penjualan DSLR turun hingga 15 persen, padahal sebelumnya selama 10 tahun berturut-turut mencatatkan pertumbuhan positif. Sedangkan penjualan Kamera Kompak di tahun 2013 hanya 40 persen penjualan tahun 2011. (Menyedihkan!!!)

Banyak orang mengatakan, bahwa pasar Kamera Kompak tergerus Smartphone yang kualitas gambarnya sudah baik, tetapi saya berpendapat lain, yakni:

Kemajuan Teknologi Mengubur Dirinya

Hal ini hampir sama dengan Intel Processor for PC, semakin cangih dan canggih, tetapi yang memakainya kebanyakan sekarang tinggal Gamers, sedangkan masyarakat umum dan juga Pebisnis tidak perlu canggih-canggih. Memang benar orang pindah ke Mobile, tetapi itu juga memakai prosesor yang tidak terlalu canggih untuk ukuran PC, walaupun smartphone canggih sekarang ini sudah ada yang quad core, bahkan octa core.

Sekarang ini hampir semua kamera telah dapat menghasilkan gambar yang bagus, apalagi kalau hanya mau dicetak ukuran postcard atau sharing di internet.

DxO Labs telah mengukur kualitas Kamera dan juga Lensa-lensanya yang telah disarikan pada:

http://allsarwa.blogspot.com/2014/08/nikon-beat-canon-dxo-labs.html

Atau jika anda ingin melihat aslinya:

www.dxomark.com/Cameras/Ratings
www.dxomark.com/Lenses/Ratings

Hal ini tentunya memudahkan seseorang untuk membeli Kamera dan Lensa-lensanya yang disesuaikan dengan Budjet.

Kamis, 02 Januari 2014

Tumor Marker Murah Nyaman

Sulit dideteksi

Sesorang biasanya baru ke dokter atau screening tumor/kanker, kalau stadiumnya sudah lanjut, soalnya tidak semua tumor/kanker menimbulkan gejala yang jelas. Bahkan kista, kadang-kadang baru terdeteksi kalau di-rontgen, misalnya kista pada rahang yang dapat mengerogoti rahang dan berakibat goyah dan copotnya gigi, hanya dapat dideteksi dengan Foto Panoramic.

Sayangnya penggunaan X-Ray tidak boleh sering-sering atau memang tidak dapat dilakukan atau percuma, misalnya Kanker Usus Besar yang tidak berasa, karena usus besar tidak memiliki syaraf, di X-Ray pun tidak bisa. Demikian pula dengan Kanker Paru, dimana paru-paru juga tidak bersyaraf seperti halnya usus besar, kalaupun di X-Ray, maka mungkin tidak tampak, karena jenisnya adalah Kanker Paru Sel Kecil (Small Cell Lung Cancer-SCLC) yang kecil-kecil dan menyebar, jadi belum tampak kalau belum banyak.

Tumor Marker

Sebelumnya lebih baik dibahas dulu sensitivity dan specificity Tumor Marker dan juga False Negative dan False Positive

Sensitivity

Sensitivity atau kepekaan adalah pekanya Tumor Marker terhadap adanya kanker. Kepekaan 100 persen berarti, kalau ada kanker pasti terdeteksi, sayangnya sampai saat ini belum ada Tumor Marker yang kepekaannya 100 persen.

Specificity

Specificity atau kekhasan adalah kemampuan Tumor Marker untuk mendeteksi jenis kanker(-kanker) tertentu. Sayangnya satu jenis Tumor Marker kebanyakan mendeteksi beberapa jenis kanker sekaligus, misalnya Tumor Marker termurah, yaitu CEA dapat mendeteksi kanker usus besar, kanker paru, kanker mulut rahim dan sebagainya. Jadi kalau hasil test CEA positip, bisa saja kita menderita satu jenis kanker saja, tetapi bisa juga kita menderita beberapa jenis kanker.

CEA Specificitynya dan Sensitivitynya rendah, tetapi karena murah, maka selalu dipakai bersama dengan Tumor Marker yang lain, sehingga dengan Teknik Penyisihan (Elimination) atau Teknik Overlapping (Bertumpukan), maka akan memberikan hasil yang lebih akurat.

False Negative

False Negative atau Negatif Palsu. False Negative sangat berbahaya, karena hasil test negatif, tetapi sebenarnya positif. Saat ini hanya Penapis Tumor (Tumor Marker) M2-PK yang tak mempunyai false negatif (Hebat!).

False Positif

False Positive atau Positif Palsu. Hasil test positif, tetapi sebenarnya negatif. Positif Palsu tidak terlalu berbahaya, karena jika hasilnya positif, maka akan ditindaklanjuti dengan cara/test yang lebih akurat dan mahal, tetapi pasien pasti udah dek-dekan sebelumnya.

Sampai saat ini belum ada Tumor Marker yang benar-benar bebas dari False Negative dan False Positive.

Kanker Usus Besar

Saudara jauh saya kotorannya berdarah, setelah diperiksa ternyata Kanker Usus Besar Stadium III dan satu bulan kemudian meninggal, ternyata kankernya telah menyebar ke tempat lain. Padahal perjalanan Kanker Usus Besar itu 10-15 tahun. Adiknya takut, walau tak ada gejala apa-apa, lalu cancer screening menggunakan Kolonoskopi dan ternyata Kanker Usus Besar Stadium I dan usus besarnya dipotong 10cm.
Kolonoskopi itu mahal dan tidak menyenangkan, karena harus urus-urus dan perlu dibius setempat. Kolonoskopi saat ini banyak digunakan oleh dokter untuk screening, karena hasilnya akurat dan dapat sekaligus membuang polip dan mengambil specimen untuk biopsi dan menyerahkan specimen tersebut ke Laboratorium Klinik untuk mendeteksi apakah kankernya jinak atau ganas.

Darah Samar

Cara paling murah untuk screening kanker usus besar adalah Pemeriksaan Darah Samar di Laboratorium Klinik, tetapi sayangnya kalau polipnya tidak berdarah, maka tidak akan terdeteksi, sebaliknya jika ada darah ambein/wasir, maka ia juga tidak dapat membedakannya.

M2-PK Tumor Marker

Sekarang ini ada M2-PK Tumor Marker yang sensitivitynya dan specificitynya sangat tinggi, sehingga kalau sekedar screening dan belum ada gejala apa-apa kenapa harus langsung di-kolonoskopi. M2-PK Tumor marker dapat mendeteksi polip sebesar 1cm saja, walaupun hanya satu, terlebih lagi False Negative-nya sangat rendah, berarti hampir mendeteksi 100 persen.

Pada tahun 2014 ini M2-PK Tumor Marker (kuantitatif)  bisa dilakukan di Laboratorium Klinik RS Pusat Kanker Dharmais (Slipi, Jakarta, sebelah RS Jantung Harapan Kita, halte Busway Harapan Kita) sebesar Rp.380Ribu. Di RS lain juga kadang-kadang ada, tetapi lebih mahal, karena tetap saja Kotoran kita dirujuk/dibawa ke RS Dharmais. Sayangnya hasil testnya baru bisa didapatkan setelah 2 minggu, entah sengaja dilama-lamain atau tidak, karena saya hanya test ini melalui rujukan dokter luar. Buat saya tidak masalah kan belum ada gejalanya sama sekali. Padahal di Luar Negeri Test ini yang lebih sederhana (rapid test) dijual bebas, karena mirip Kit Test Kehamilan.

Screening M2-PK Tumor Marker sebaiknya dilakukan mulai usia 55 tahun, walaupun tanpa gejala apapun dan cukup ini saja, karena sensitivitynya tinggi.

Untuk mendapatkan bacaan lanjut dapat googling: Wikipedia Tumor M2-PK dan/atau Wikipedia M2-PK Test.

Kanker Paru

Lebih dari 90 persen Kanker Paru adalah jenis SCLC (Small Cell Lung Cancer) yang dapat dideteksi dengan Tumor Marker yang cukup spesifik, yakni NSE sebesar Rp.305Ribu di RS Dharmais.

Laboratorium Bio Kimia di Luar Negeri menganjurkan deteksi Kanker Paru dengan melakukan test CEA, CYFRA 21.1, NSE dan ProGRP sekaligus untuk mendeteksi SCLC dan NSCLC (Non-Small Cell Lung Cancer), tetapi ProGRP tidak tersedia di RS Dharmais. CYFRA 21.1 cukup tinggi sensitivitas dan spesifisitasnya, tersedia di RS Dharmais sebesar Rp.360Ribu. Saya tidak tahu apakah tanpa rujukan dokter, boleh melakukan test-test ini di Laboratorium Klinik RS. Dharmais atau tidak, karena setahu saya kalau kita tanya Bagian Penerangan kita diarahkan untuk menemui Dokter Konsultasi dahulu, tentunya bayar dan nantinya hasilnya diberikan ke Dokter tersebut dan untuk mengetahui hasil tersebut yaa bayar dokter lagi, walaupun hasilnya dari Laboratorium Klinik jelas-jelas negatif. Di Laboratorium Klinik Luar dapat juga dilakukan test CEA, CYFRA 21.1 dan NSE, tetapi jauh lebih mahal, misalnya NSE sebesr Rp.525Ribu di Prodia dan kalau mau rujukan dokter yaa bisa minta rujukan dokternya Prodia yang gratis. Di Lab. Klinik Pramita biasanya lebih murah. Yaa pintar-pintarlah cari yang murah, tetapi cukup andal dan jangan sampai kecolongan.

Screening Kanker Paru, sebaiknya dilakukan mulai usia 55 tahun terutama perokok, atau yang sudah berhenti merokok, tetapi belum 15 tahun sejak berhenti merokok (perjalanan kanker itu sangat panjang bisa sampai 40 tahun, oleh karena itu bagi yang sudah berhenti merokokpun tetap dapat terkena kanker). Sedangkan penderita Kencing Manis/Diabetes sebaiknya mulai screening sejak usia 40 tahun, karena dengan adanya diabetes, maka Kekebalan Tubuh akan menurun.

Kanker Prostat

Sebenarnya kanker prostat berjalan sangat lambat, karena itu tes PSA sama sekali tidak perlu untuk deteksi awal. Yang justru perlu dilakukan adalah USG Prostat seharga Rp 435.000 di salah satu Laboratorium Klinik. Sedangkan USG Lower Abdomen seharga Rp 500.000 dan USG Full Abdomen seharga Rp 550.000. Jika dana tidak terlalu menjadi masalah, maka mungkin lebih baik USG Full Abdomen saja. Jika hasil USG Prostat menunjukkan Prostat lebih besar dari 4mm, tetapi terdapat catatan dokter bahwa pembesaran sesuai dengan usia, maka tidak perlu tindakan apapun. Jika hasil USG Prostat menunjukkan Prostat lebih besar dari 10mm, maka sebaiknya menemui Urolog (Dr. SpU) untuk tindakan lebih lanjut dan kemungkinan hanya diberi obat, bukannya dioperasi. Karena Tumor Jinakpun seringkali tidak perlu dioperasi, kecuali memang mengganggu berkemih.

Tambahan 7 Maret 2015:
Sebenarnya saya mau ke Dharmais mau tes CYFRA 21.1 untuk penapisan kanker paru-paru, tetapi berhubung di Wikipedia, disebutkan bahwa M2-PK bisa juga untuk penapisan kanker paru-paru, bahkan lebih baik daripada SCC dan NSE, dan juga bisa menapis kanker macam-macam, maka saya tes M2-PK saja. Harganya masih sama Rp 380,000 dengan tahun lalu, sedangkan CYFRA 21.1 hanya lebih murah sedikit daripada M2-PK. CYFRA 21.1 lebih spesifik untuk menapis kanker paru-paru dan M2-PK lebih spesifik untuk menapis kanker usus besar. Tetapi berhubung saya masih saya anggap normal, maka saya memilih M2-PK saja yang dapat menapis sampai 9 jenis kanker sekaligus. Apalagi M2-PK kan tidak punya Negatip Palsu, yang berarti kalau negatip yaa negatip.
Sekarang ini telah ada artikel berbahasa Indonesia di Wikipedia tentang hal ini:
https://id.wikipedia.org/wiki/Penapis_tumor
Dan yang lainnya:
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_kardiovaskular
https://id.wikipedia.org/wiki/Khitan_pada_wanita

Tambahan 7 Oktober 2015:
USG Prostat paling murah mungkin hanya ada di RS ST Yusuf Bandung seharga Rp 186,000 dan sudah 3D lagi. RS St Yusuf Bandung sebenarnya hanya RS Golongan C, jadi tidak canggih-canggih amat, tetapi jika anda pasien umum dan bukan pasien BPJS atau Asuransi, maka you are always welcome dan di RS lainpun sebenarnya juga begitu. Tanpa rujukan, saya katakan bahwa ini rutin saya lakukan. Tetapi hasilnya tidak ditulis apakah pembesarannya sesuai dengan usia atau tidak seperti di Laboratorium Klinik, tetapi hanya disebut volumenya saja dan dianjurkan ke Dokter Spesialis Urologi dan tentunya ini agar TS (Teman Sejawat)nya dapat pasien. Dalam berat, maka sampai dengan 16 gram masih normal, ini setara dengan volume sampai dengan 32 centimeter kubik. Lebih besar dari angka tersebut, jika tidak mengganggu berkemih, maka mungkin sudah perlu diobati, tapi bisa juga tidak. Dan tentunya belum perlu dioperasi. Jika sudah mendekati angka tersebut sebaiknya USG Prostat dilakukan setahun sekali untuk mengetahui kecepatan pembesarannya.

Tambahan 12 Januari 2016:
Saat ini Laboratorium Klinik BioTest di Bandung sudah dapat melakukan tes M2PK dengan biaya Rp 500.000, tetapi dikatakan peminatnya masih sedikit, oleh karena itu pengambilan faeces terakhir adalah hari Sabtu pukul 08.00 dan hasilnya dapat diketahui hari Senin.

Catatan:
Jika anda menyukai artikel kesehatan, mungkin artikel saya ini juga dapat menambah pengetahuan anda http://allsarwa.blogspot.com/2010/03/obat-tetes-air-mata-buatan-dan-glaucoma.html yang merupakan artikel yang telah dibaca lebih dari 8000 orang. Atau penyakit sinusitis yang kadangkala sukar disembuhkan http://allsarwa.blogspot.com/2015/02/sinusitis-perlu-tes-alergi-murah.html